Jumat, 14 September 2012

Perbedaan bunga LOTUS dan bunga Teratai



 http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/e/ed/Nymphaea_pubescens_%28Indian_red_water_lily%29%2C_Hyderabad%2C_India_-_20090613-02.jpg
Udah tau belum kalau bunga lotus itu beda dengan bunga teratai? Hum, mereka ini memang beda kawan-kawan. Bunga Lotus sering disamakan dengan bunga teratai. Setelah ngubek-ngubek Mbah google, ternyata sudah banyak orang yang membahas perbedaan bunga ini… Tapi banyak juga orang yang bias dalam membahasnya… Maksudnya kadang ciri bunga lotus dijadikan sebagai ciri bunga teratai atau sebaliknya. Okey, berhubung saya pengagum bunga lotus, saya ingin berbagi sedikit pengetahuan tentang bunga ini dan apa perbedaannya dengan bunga tertai…
Dari beberapa sumber (pak dhe wikipedia dan masic botanical info of lotus) Bunga lotus memiliki nama ilmiah Nelumbo nucifera nama ilmiah lainnya adalah Nelumbium nelumbo, Nelumbo speciosa, Nelumbium speciosum. Di Indonesia dikenal dengan bunga seroja, sedangkan di dunia dikenal dengan Sacred Water Lotus, Sacred Lotus, and Chinese Arrowroot, dan lain-lain.
Sedangkan bunga Teratai memiliki nama latin Nymphae , di Dunia dikenal dengan Water Lily.

Kalau diperhatikan, bunga Lotus kelopaknya lebih lebar dan tidak teratur seperti teratai. Sedangkan Bunga Teratai kelopaknya teratur dan lancip-lancip. Lotus punya biji. Inilah yang membedakannya dengan bunga teratai. Dalam keadan yang menguntungkan bijinya bisa hidup bertahun-tahun. Tercatat ada biji-biji Lotus yang bisa tumbuh meski umurnya sudah 1300 tahun, biji-biji ini ditemukan di dasar danau kering di timur laut Cina! (Ooow… Lama banget tuh!). Lotus tumbuh di lumpur, dasar kolam atau rawa-rawa kemudian batangnya tumbuh tinggi ke atas. Daunnya juga tumbuh ke atas, tidak seperti teratai yang daunnya ada di permukaan air.
Bunga lotus adalah bunga nasional negara India dan Vietnam. Bunga lotus memiliki makna yang dalam. Kalau di sini menyebutkan bahwa Bunga lotus memiliki makna kelahiran kembali dan pencerahan spiritual, mewakili kesucian, umur panjang, kehormatan, kesehatan dan keberuntungan.
Ada juga yang menyebutkan begini “Bangsa china juga menjadikan “sacred lotus” sebagai lambang kemurnian dan keanggunan, hal ini dapat ditemui di dalam puisi china kuno. Ada suatu pernyataan terkenal yang dibuat oleh Zhou Dunyi seorang Confucian yaitu : I love the lotus because, while growing from mud, it is unstained.” 
 
Bunga Lotus bukan hanya tanaman air yang indah dan kuat, tapi juga banyak punya manfaat. Selain sebagai tanaman hias (suatu saat kalau punya rumah, saya ingin punya kolam yang dihiasi bunga Lotus^^) “Bunga, biji, daun maupun akar bunga lotus atau bunga seroja ini dapat dimakan. Kelopaknya dijadikan hiasan, daunya yang besar dijadikan bungkusan makanan, akarnya dapat dimakan mentah tapi dengan resiko transmisi parasit dan biasanya direbus dijadikan sop. Benang sari bisa dijadikan teh herbal, bijinya bisa dijadikan salah satu ramuan makanan terkenal Cina yaitu mooncake atau kue bulan” 
Nah, udah jelas kan tentang yang mana Bunga Lotus dan yang mana Bunga Teratai? Jelas saya lebih banyak membahas Bunga Lotus ketimbang Teratai karena saya pakai nama Lotus… Hehe
Oh ya, ada yang ketinggalan…. Bunga Lotus juga disebut sebagai bunga kelahiran bulan Juli! Jadi beruntung banget deh yang lahir di bulan julia… Lambang bunganya baguus Description: :D
Kalau saya sebenarnya lahir di bulan November. Lambang bunganya Chrysanthemum. Arti dari bunga ini juga nggak kalah bagus kok… tapi berhubung saya bertemu dan kepincut duluan sama Bunga Lotus, ya jadilah saya lebih mengidolakan bunga Lotus. hehe

Kamis, 09 Agustus 2012

Sejarah Ambalan YaBAKII 2 Gama

Fatahillah adalah tokoh yang dikenal mengusir Portugis dari Sunda Kelapa dan memberi nama “Jayakarta”, yang kini menjadi kota Jakarta. Ia dikenal juga dengan nama Falatehan. Ada pun nama Sunan Gunung Jati dan Syarif Hidayatullah, yang sering dianggap orang sama dengan Fatahillah, kemungkinan besar adalah mertua dari Fatahillah.
 Ada beberapa pendapat tentang asal Fatahillah. Satu pendapat mengatakan ia berasal dari Pasai, Aceh Utara, yang kemudian pergi meninggalkan Pasai ketika daerah tersebut dikuasai Portugis. Fatahillah pergi ke Mekah, lalu ke tanah Jawa, Demak, pada masa pemerintahan Raden Trenggono. Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa Fatahillah adalah putra dari raja Makkah (Arab) yang menikah dengan putri kerajaan Pajajaran. Pendapat lainnya lagi mengatakan Fatahillah dilahirkan pada tahun 1448 dari pasangan Sultan Syarif Abdullah Maulana Huda, pembesar Mesir keturunan Bani Hasyim dari Palestina, dengan Nyai Rara Santang, putri dari raja Pajajaran, Raden Manah Rasa.
Fadilah Khan (Fatahillah) murni tidak berasal dari Nusantara. Beliau pernah ikut berperang bersama pasukan Turki untuk menduduki Konstantinopel. Setelah pendudukan Konstantinopel dan merubahnya menjadi Istambul, beliau diundang untuk bergabung untuk membesarkan Kesultanan Demak. Ia diundang agar bisa membawa para ahli pembuat Meriam untuk bergabung dengan Kesultanan Demak untuk menghadapi Portugis. Tidak satupun kerajaan di Nusantara di masa itu yang memiliki tekhnologi pembuatan meriam.
Ada sumber sejarah yang mengatakan sebenarnya ia lahir di Asia Tengah (mungkin di Samarqand), menimba ilmu ke Baghdad, dan mengabdikan dirinya ke Kesultanan Turki, sebelum bergabung dengan Kesultanan Demak.
 Fatahillah adalah seorang Panglima Pasai, bernama Fadhlulah Khan (F Kh), orang Portugis melafalkannya sebagai Falthehan. Ketika Pasai dan Malaka direbut Portugis,beliau hijrah ke tanah Jawa untuk memperkuat armada kesultanan-kesultanan Islam di Jawa (Demak, Cirebon dan Banten) setelah gugurnya Raden Abdul Qadir bin Yunus (Pati Unus, menantu Raden Patah Sultan DemakI).
Menurut Saleh Danasasmita sejarawan Sunda yang menulis sejarah Pajajaran dalam bab Surawisesa, Fadhlullah Khan masih berkerabat dengan Walisongo karena kakek buyut beliau Zainal Alam Barakat adalah adik dari Nurul Alam Amin (kakek Sunan Gunung Jati) dan kakak dari Ibrahim Zainal Akbar (ayahanda Sunan Ampel) yang semuanya adalah putra-putra Syekh Maulana Akbar dari Gujarat.
Ada 2 kemungkinan datangnya Fadhlullah Khan dari Pasai.
Kemungkinan Pertama beliau sudah menjadi anak buah Pati Unus dan bergabung dengan pelarian Malaka ketika Pati Unus memimpin armada Islam tanah Jawa menyerang Malaka 1513 dan 1521, tetapi beliau termasuk yang selamat dalam perang besar 1521 (seperti Raden Abdullah putra Pati Unus), setelah Armada Gabungan kembali ke tanah Jawa diangkat menjadi pengganti Pati Unus sebagai Panglima Armada Islam Gabungan tanah Jawa dan dinikahkan oleh Sunan gunung jati dengan putri beliau, Ratu Ayu janda Pati Unus untuk memperkuat kekerabatan.
Kemungkinan ke 2 adalah, beliau tidak ikut perang Malaka 1513 & 1521, tapi sudah hijrah lebih dulu ke tanah Jawa setelah jatuhnya Pasai 1512, 9 tahun kemudian diangkat oleh Sunan Gunung Jati menggantikan Pati Unus yang gugur setelah dinikahkan dengan Ratu Ayu, putri Sunan Gunung Jati yang ditinggal Pati Unus.
Analisis kami mengkompromikan 2 kemungkinan diatas adalah setelah jatuhnya Malaka (1511) kemudian Pasai (1512), bisa dikatakan seluruh tokoh besar dan para Panglima Muslim dari Pasai dan Malaka yang selamat kemudian hijrah ke tanah Jawa sebagai satu-satunya basis Kerajaan Islam yang masih exist (di Asia Tenggara) dan sangat aneh bila kemudian tidak ikut bergabung dengan Armada Islam tanah Jawa pimpinan Pati Unus dalam expedisi 1521 yang sangat besar, selain karena dendam yang belum terlampiaskan terhadap Portugis, juga para Tokoh dan Panglima Pasai dan Malaka (yang dalam pengasingan di tanah Jawa) bila tak ikut kewajiban Jihad pasti akan dikucilkan.
Di Demak dan Cirebon, F Kh mendapat gelar Wong Agung Pasai, di Banten dapat gelar Tubagus Pasai.
Ketika Pati Unus gugur dalam perang laut dahsyat untuk merebut kembali Malaka dari tangan Portugis, F Kh diangkat oleh SGJ menggantikan Pati Unus sebagai Panglima Armada Islam di tanah Jawa. Raden Pati Unus yang gugur kemudian dikenal sebagai Pangeran Sabrang Lor.
Kegagalan ekspedisi Malaka (1521) membuat Kesultanan2 Islam di tanah Jawa mengambil sikap defensif dan memancing Portugis untuk datang. Sehingga Bulan Juni 1527, Portugis yang telah merasa diatas angin mencoba menerobos Sunda Kelapa, langsung diluluhlantakkan oleh armada Islam dibawah pimpinan F Kh, kemenangan besar ini kemudian dirayakan sebagai hari lahir Jayakarta dan kemudian disebut Jakarta. F Kh atau Tubagus Pasai diberi gelar baru yaitu Fatahillah (yang berarti Kemenangan Allah SWT).
Setelah kemenangan ini F Kh diangkat Sunan Gunung Jati sebagai Penasehat Kesultanan Cirebon, sedangkan kota Jayakarta diserahkan ke menantu FKh, yaitu Tubagus Angke. Setelah wafatnya Tubagus Angke diserahkan kepada putra beliau yaitu Pangeran Jayakarta yang kemudian pada 1619 karena kalah dalam konflik dengan VOC, meninggalkan Jayakarta yang dibumihanguskan.

CUT NYAK MEUTIA PAHLAWAN NASIONAL DARI ACEH


Gambar : Rumah Cut Meutia

Ini adalah saksi sejarah perjuangan pahlawan nasional asal Aceh, Cut Meutia. Rumah Cut Meutia berada di kecamatan Matang kuli, desa Masjid Pirak. Foto ini adalah rumah yang dibangun oleh pemerintah untuk menghormati dan mengenang jasa pahlawan ini. Sedangkan rumah aslinya sudah dibakar oleh kolonialisme Belanda. Saat ini rumah Cut Meutia sering dikunjungi oleh wisatawan dan sejarawan untuk meneliti sejarah pahlawan.





Gambar : Cut Nyak Meutia

TJOT NYAK MEUTIA WANITA GAGAH DARI SERAMBI MEKKAH
Sumber Asli: Dari Wikipedia Bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas


Cut Nyak Meutia
(Lahir Keureutoe, Pirak, Aceh Utara, 1870 - Meninggal Alue Kurieng, Aceh, 24 Oktober 1910) adalah pahlawan nasional Indonesia dari daerah Aceh. Ia dimakamkan di Alue Kurieng, Aceh

Awalnya Cut Meutia melakukan perlawanan terhadap Belanda bersama suaminya Teuku Muhammad atau Teuku Cik Tunong. Namun pada bulan Maret 1905, Cik Tunong berhasil ditangkap Belanda dan dihukum mati di tepi pantai Lhokseumawe. Sebelum meninggal, Teuku Cik Tunong berpesan kepada sahabatnya Pang Nagroe agar mau menikahi istrinya dan merawat anaknya Teuku Raja Sabi.
Cut Meutia kemudian menikah dengan Pang Nagroe sesuai wasiat suaminya dan bergabung dengan pasukan lainnya dibawah pimpinan Teuku Muda Gantoe. Pada suatu pertempuran dengan Korps Marechausée di Paya Cicem, Cut Meutia dan para wanita melarikan diri ke dalam hutan. Pang Nagroe sendiri terus melakukan perlawanan hingga akhirnya tewas pada tanggal 26 September 1910.
Cut Meutia kemudian bangkit dan terus melakukan perlawanan bersama sisa-sisa pasukkannya. Ia menyerang dan merampas pos-pos kolonial sambil bergerak menuju Gayo melewati hutan belantara. Namun pada tanggal 24 Oktober 1910, Cut Meutia bersama pasukkannya bentrok dengan Marechausée di Alue Kurieng. Dalam pertempuran itu Cut Nyak Meutia gugur.



CUT NYAK MEUTIA WANITA ANGGUN BERHATI BAJA MENGUSIR BELANDA

Cut Meutia adalah pahlawan dari Aceh atau yang lebih dikenal dengan sebutan Tanah Rencong. Ia lahir tahun 1870. Ayahnya bernama Teuku Ben Daud Pirak. Ibunya bernama Cut Jah. Cut Meutia adalah satu-satunya anak perempuan dari lima bersaudara. Keluarga ini adalah salah satu dari sekian banyak keluarga Mujahid (pejuang) yang pernah dimiliki Aceh, yang juga terkenal dengan julukan Serambi Mekah. Sejak kecil Cut Meutia dididik ilmu agama oleh banyak ulama. Bahkan ayahnya sendiri adalah salah satu dari sekian banyak guru agama yang pernah mengajarnya.
Cut Meutia tumbuh sebagai seorang gadis cantik rupawan. Banyak pemuda yang datang untuk meminang dan menikahinya. Akhirnya, seorang pemuda bernama Teuku Cik Tunong berhasil meminang dan menikahinya. Saat itu tanah Aceh sedang berada dalam bahaya. Para pejuang Aceh sekuat tenaga berusaha mengusir penjajah Belanda. Cut Meutia terpanggil untuk berjuang di medan laga bersama suaminya. “Kita harus berjuang mengusir penjajah!” demikian tekad pasangan itu.

Sejak itulah mereka keluar masuk hutan untuk bertempur dan melawan Belanda. Namun, Teuku Cik Tunong tertangkap Belanda dan dijatuhi hukuman mati. Ia mati syahid sebagai seorang pejuang. “Kobarkan terus perjuangan! Mati satu tumbuh seribu!” Itulah kata terakhir Teuku Cik Tunong sebelum menjalani hukuman mati. Sepeninggal Teuku Cik Tunong, tidak lama kemudian Cut Meutia memilih kembali pendamping hidupnya. Ia seorang pejuang juga yang bernama Cik Pang Nanggroe (Cik Pang Nagru).
Bersama suaminya, Cut Meutia meneruskan perjuangan dengan lebih dahsyat. “Jangan biarkan Belanda lolos dari sergapan kita!” kata suami istri pejuang itu dengan bersemangat. Mereka semakin gencar menyergap patroli-patroli Belanda. Sudah banyak korban dari pihak pasukan Belanda yang tewas di tangan Cut Meutia dan suaminya. Menghadapi keadaan itu, pasukan Belanda semakin takut terhadap Srikandi dari Tanah Rencong itu.
Namun, pada sebuah pertempuran, Cik Pang Nagru gugur di medan perang. Cut Meutia dengan 45 pasukan yang tersisa berhasil meloloskan diri. “Kita lanjutkan perang dengan cara bergerilya,” perintah Cut Meutia kepada pasukannya. Bersama pasukannya yang hanya memiliki 13 pucuk senjata, Cut Meutia melanjutkan perang secara bergerilya. Raja Sabil, putra Cut Meutia yang baru berumur 11 tahun, selalu mengikuti ibunya pergi berjuang.
Kekuatan yang tidak seimbang antara pasukan Belanda dan pasukan Cut Meutia membuat banyak kerabat dan teman dekat Cut Meutia mulai merasa cemas. Mereka mengusulkan agar ia menyerah dan meminta pengampunan dari Belanda. Namun usulan itu ditolak mentah-mentah oleh Cut Meutia. “Tidak!” jawabnya tegas,” Aku akan berjuang sampai titik darah penghabisan!”. Sejak pertama kali mengenal kata berjuang, Cut Meutia telah menanamkan tekad “takkan surut kaki melangkah hingga badan berkalang tanah”.
Pada tahun 1903, Sultan Mahmud Daud Syah terpaksa menyerah kepada Belanda. Peristiwa itu disusul dengan menyerahnya raja-raja lain, seperti pasukan yang dipimpin oleh Panglima Polim. Melihat kenyataan itu, Cut Meutia tidak sedikitpun mengendurkan nyalinya dalam berjuang. Pada suatu hari tempat persembunyian Cut Meutia tercium oleh Belanda. Belanda langsung mengerahkan pasukannya menyerbu tempat persembunyian itu. “Sekarang kau dan pasukanmu telah dikepung! Cepatlah menyerah!” teriak komandan pasukan Belanda. Namun, Cut Meutia tetap menolak untuk takluk.

Dengan hanya bersenjata sebilah rencong dan pedang, ia maju paling depan untuk memimpin pasukannya. Bagai singa terluka, Cut Meutia menyerang, menebas dan menerjang lawan tanpa rasa gentar. Banyak pasukan Belanda yang tewas. Di tengah pertempuran, sebutir peluru menembus tubuh Cut Meutia. Darah mengucur deras. Akhirnya, Cut Meutia gugur di medan pertempuran sebagai pejuang dari tanah rencong.
Cut Meutia dengan gagah berani membuktikan kecintaannya kepada nusa dan bangsanya. Ia membela dan memperjuangkan kedaulatan bangsa sampai titik darah penghabisan. Itulah yang dilakukan Cut Meutia. Atas jasa-jasa yang tak ternilai harganya, Pemerintah Republik Indonesia menganugerahi gelar Pahlawan Nasional. Ia pun dijuluki sebagai Mujahidah dari Tanah Rencong.
Moral : Janganlah cepat menyerah dalam perjuangan apa pun. Sepanjang masih ada kesempatan gunakan untuk meraih hasil sebaik-baiknya. Semoga cita-cita dan semangat juang Cut Meutia bisa dicontoh oleh generasi penerus bangsa.

Sumber : Cerita Asli Indonesia Elexmedia
Ditulis dalam Cerita Anak
(LOMBA JURNALISTIK PAUD TINGKAT NASIONAL TAHUN 2009)



TEUKU CUT MUHAMMAD DAN CUT NYAK MEUTIA
( Kisah Romantis di Medan Perang )

Catatan M Adli Abdullah
( Serambi Indonesia, 25 Oktober 2009 )

Dalam “sejarah tercecer” ini saya papar kisah perjuangan Teuku Cut Muhammad dan Cut Nyak Meutia. Banyak kisah kedua pahlawan Aceh yang gagah berani ini. Namun kisah cinta mereka jarang diangkat. Sepenggal kisah itu diungkap dalam buku Karim, seorang sipir (penginjak rem) kereta api. Ternyata kisah cinta Teuku Cut Muhammad jauh lebih hebat dari yang biasa kita saksikan di film-film percintaan. Bagaimana ia merelakan istrinya kawin lagi demi perjuangan melawan penjajah.

Cut Muhammad mengajarkan kita tentag satu kisah kepahlawanan sejati. Ini disimak ketika detik-detik ia dieksikusi penjajah Belanda. Cintanya terhadap tanah air ternyata melampaui cinta alamiah dengan seorang perempuan. Kisah cinta seperti ini juga pernah dilakonkan Hang Tuah dari Tanah Melayu dengan Puteri Gunung Ledang dari Tanah Jawa. Hang Tuah membatalkan cintanya kepada Puteri Gunung Ledang demi cinta kepada tanah airnya.

Belanda sendiri sangat gusar terhadap gerakan yang dimainkan oleh Teuku Cut Muhammad dan isterinya Cut Mutia. Teuku Cut Muhammad bukan saja makin banyak mendapat simpati dari masyarakat wilayah keureuto dan sekitarnya tetapi juga kemahirannya berkelahi bersama-sama isterinya makin bertamba baik. Mayor H N A Swart komandan pasukannya di Lhokseumawe diperintahkan untuk menempuh berbagai jalan untuk menyelamatkan kehormatan Belanda baik di Aceh, Batavia (Jakarta) dan luar negeri. Hingga Maret 1905, berhasil menawan Teuku Cut Muhammad dengan tipu muslihat dan disekap di dalam penjara Lhokseumawe.

Berita itu cepat sampai ke Kutaraja. Kesibukan terjadi di kalangan pimpinan pemerintahan Belanda, baik di Kutaraja maupun di Lhokseumawe, membicarakan langkah-langkah yang perlu diambil secara tepat terhadap Teuku Cut Muhammad, seorang tokoh yang telah lama menjengkelkan Belanda. Pada tanggal 25 Maret 1905, Teuku Cut Muhammad dijatuhi hukuman gantung. Hukuman gantung tidak sempat dilakukan karena Gubernur Van Daalen pengganti Van heutz mengubahnya menjadi hukuman tembak.

Menurut Van Daalen ”tidak layak menjatuhi hukuman gantung terhadap orang-orang yang berjuang dengan cara gagah berani seperti Teuku Cut Muhammad.” Menjelang hari pelaksanaan hukuman tembak, penguasa Belanda mengizinkan Teuku Cut Muhammad menerima kunjungan isterinya di penjara. Pertemuan terakhir itu dijamin tidak akan mengakibatkan penangkapan-penangkapan baru. Di sinilah terjadi kisah cinta memilukan terjadi.

Kedatangan Cut Nyak Meutia sambil menggendong bayi berkulit putih nan tampan membuat Teuku Cut Muhammad tersenyum. Nyak Mutia pun senyum memandang senyum sang kekasihnya itu. Si bayinya dalam gendongan meronta-ronta kegirangan bertemu sang ayah, meskipun bocah itu tak paham kalau hari itu pertemuannya yang terakhir dengan sang pahlawan sejati. Dari jeruji bui, Teuku Cut Muhammad mengulurkan tangannya yang cepat dijangkau Cut Nyak Mutia lalu menciumnya seperti tak melepaskan. Kedua mata yang saling mencinta itu berpagut dalam rindu tak terkira, dan rona empat mata yang basah air bening terus berpandang. “Pesanku, lanjutkan perjuangan bersama-sama rekan seperjuangan kita,” ujar kepada Cut Nyak Mutia.

"Insya Allah, pasti kupenuhi wasiatmu itu. Saya berjanji,” jawab Mutia dengan penuh yakin. “Dan, . . . bagi seorang wanita sangat sulit terjun ke kancah perjuangan apabila tiada seorang suami mendampinginya,” lanjut Teuku Cut Muhammad.

“Setelah aku menjalani hukuman nanti dan idahmu telah selesai, kawinlah dengan Pang Nanggroê.” Saat itu air mata Cut Nyak Meutia tak terbendung. Dadanya sesak, dan hatinya hendak menjerit mendengar ucapan suaminya yang begitu ikhlas. “Pang Nanggroê adalah temanku yang paling setia,” sambung Teuku Cut Muhammad.

“Saya berjanji, saya akan mematuhi wasiatmu, demi cintaku padamu, demi sayangku pada putera kita Raja Sabi dan demi keyakinanku akan meneruskan perjuangan melawan Belanda, sepeninggalmu kelak,” jawab Cut Meutia dengan terseduh. Wajah Teuku Cut Muhammad memantulkan rasa puas. Ia merasa bahagia, karena harapannya akan dipenuhi isterinya. Pada tanggal 25 maret 1905 Teuku Cut Muhammad digiring ke tepi laut Lhokseumawe untuk dihukum tembak. Sedangkan isterinya Cut Meutia setelah selesai iddahnya kawin dengan Pang Nanggroe dan melanjutkan perjuangan sampai keakhir hayatnya dan Pang Nanggroe Syahid pada tanggal 25 September 1910 dan dikebumikan di Lhokseukon sedangkan Cut Meutia syahid pada tanggal 25 Oktober 1910 dan dikebumikan di Alur dua pucok Krueng Keureuto, Matangkuli bersama dengan Tgk Di Barat dan syuhada syuhada lainnya.

Karim penulis buku “Pengalamanku Masa perang Aceh” mengisahkan peristiwa memilukan itu. Ia menulis tentang Cut Muhammad; “Sewaktu petang hari saja pulang dari kerdja dan Dina (Isterinya) berdiri diberanda menjambutku dengan muka berseri, kepadanja lalu saja kabarkan bahwa Teuku Tjhiek Tunong (Teuku Cut Muhammad) telah ditangkap Belanda di Lho Seumawe.

“Djadi ia ditahan sekarang?” tanja Dina.

“Ja” sahutku.

“Pahlawan jang malang!” udjar Dina. “Sedih kita mengenangkan isterinja Tjut Methia jang sekarang konon kabarnja mempunyai bayi ketjil”

“Dan, hai, Karim, bila kita akan dianugerahi Tuhan pula seorang anak?”

Itulah sekelumit kisah perang Aceh yang direkam Karim, penginjak rem kereta api yang masa tuanya menikmati pensiun di Amaliun Medan. Sebagai pegawai kereta Api, Karim tidak bisa melupakan pengalamannya itu. Dia juga tidak bisa melupakan jasa Teuku Cut Muhammad yang telah membantunya sewaktu disandera oleh pasukan suami Cut Meutia ini. Kisah cinta seperti Teuku Cut Muhammad banyak terjadi pada era konflik.

Pertanyaannya, kenapa perang harus selalu terjadi? Bagi pihak Belanda, siapapun yang berperang di Aceh adalah pahlawan, demikian pula rakyat Aceh siapapun mereka yang melawan Belanda adalah juga pahlawan. Mereka rela meninggalkan keluarga mereka untuk mengangkat senjata. Sesungguhnya siapa sebenarnya pahlawan itu?

Di Aceh, banyak pahlawan yang kisah perjuangan mereka dianggap sebagai angin lalu. Inilah ironi masyarakat Aceh yang kurang memahami rekaman sejarah, sehingga tidak menjadi pelajaran generasi sekarang ini. Memahami makna perjuangan sejati, bukan hanya sekedar ambisi, lalu menumpuk harta dan memperkaya diri setelah berkuasa.

* Penulis adalah pemerhati Sejarah, Adat dan Budaya Aceh.



Nama:Cut Nyak Meutia
Lahir:Keureuto, Pirak, Aceh Utara, pada tahun 1870
Meninggal:Pasai, Aceh Utara, 24 Oktober 1910
Suami:
- Suami pertama: Teuku Muhammad alias Teuku Cik Tunong (meninggal Mei
1905)
- Suami kedua: Pang Nangru atau Pang Nanggroe (meninggal September 1910 di Paya Cicem)
Anak: Raja Sabil
Perjuangan: Perang gerilya di daerah Pasai
Tanda Penghormatan:
Pahlawan Kemerdekaan Nasional


CUT NYAK MEUTIA (1870-1910)
PAHLAWAN NASIONAL DARI ACEH

Pameo yang mengatakan wanita sebagai insan lemah dan harus selalu dilindungi tidak selamanya benar. Itu dibuktikan oleh Cut Nyak Meutia, wanita asal Nangroe Aceh Darussalam, yang terus berjuang melawan Belanda hingga tewas diterjang tiga peluru di tubuhnya.

Wanita kelahiran Pirak, Matang kuli, Aceh Utara, tahun 1870, ini adalah seorang Pahlawan Kemerdekaan Nasional yang hingga titik darah penghabisan tetap memegang prinsip tak akan mau tunduk kepada kolonial.

Sebelum Cut Nyak Meutia lahir, pasukan Belanda sudah menduduki daerah Aceh yang digelari serambi Mekkah tersebut. Perlakuan Belanda yang semena-mena dengan berbagai pemaksaan dan penyiksaan akhirnya menimbulkan perlawanan dari rakyat. Tiga tahun sebelum perang Aceh-Belanda meletus, ketika itulah Cut Nyak Meutia dilahirkan. Suasana perang pada saat kelahiran dan perkembangannya itu, di kemudian hari sangat memengaruhi perjalanan hidupnya.

Ketika sudah beranjak dewasa, dia menikah dengan Teuku Muhammad, seorang pejuang yang lebih terkenal dengan nama Teuku Cik Tunong. Walaupun ketika masih kecil ia sudah ditunangkan dengan seorang pria bernama Teuku Syam Syarif, tetapi ia memilih menikah dengan Teuku Muhammad, pria yang sangat dicintainya.

Perang terhadap pendudukan Belanda terus berkobar seakan tidak pernah berhenti. Cut Nyak Meutia bersama suaminya Teuku Cik Tunon langsung memimpin perang di daerah Pasai. Perang yang berlangsung sekitar tahun 1900-an itu telah banyak memakan korban baik dari pihak pejuang kemerdekaan maupun dari pihak Belanda.

Pasukan Belanda yang mempunyai persenjataan lebih lengkap memaksa pasukan pejuang kemerdekaan yang dipimpin pasangan suami istri itu melakukan taktik perang gerilya. Berkali-kali pasukan mereka berhasil mencegat patroli pasukan Belanda. Di lain waktu, mereka juga pernah menyerang langsung ke markas pasukan Belanda di Idie.

Sudah banyak kerugian pemerintahan Belanda baik berupa pasukan yang tewas maupun materi diakibatkan perlawanan pasukan Cut Nyak Meutia. Karenanya, melalui pihak keluarga Meutia sendiri, Belanda selalu berusaha membujuknya agar menyerahkan diri. Namun Cut Nyak Meutia tidak pernah tunduk terhadap bujukan yang terkesan memaksa tersebut.

Bersama suaminya, tanpa kenal takut dia terus melakukan perlawanan. Namun naas bagi Teuku Cik Tunong, suaminya. Suatu hari di bulan Mei tahun 1905, Teuku Cik Tunong berhasil ditangkap pasukan Belanda. Ia kemudian dijatuhi hukuman tembak.

Berselang beberapa lama setelah kematian suaminya, Cut Nyak Meutia menikah lagi dengan Pang Nangru, pria yang ditunjuk dan dipesan suami pertamanya sebelum menjalani hukuman tembak. Pang Nangru adalah teman akrab dan kepercayaan suami pertamanya, Teuku Cik Tunong. Bersama suami keduanya itu, Cut Nyak Meutia terus melanjutkan perjuangan melawan pendudukan Belanda.

Di lain pihak, pengepungan pasukan Belanda pun semakin hari semakin mengetat yang mengakibatkan basis pertahanan mereka semakin menyempit. Pasukan Cut Meutia semakin tertekan mundur, masuk lebih jauh ke pedalaman rimba Pasai.

Di samping itu, mereka pun terpaksa berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain untuk menyiasati pencari jejak pasukan Belanda. Namun pada satu pertempuran di Paya Cicem pada bulan September tahun 1910, Pang Nangru juga tewas di tangan pasukan Belanda. Sementara Cut Nyak Meutia sendiri masih dapat meloloskan diri.

Kematian Pang Nangru membuat beberapa orang teman Pang Nangru akhirnya menyerahkan diri. Sedangkan Meutia walaupun dibujuk untuk menyerah namun tetap tidak bersedia. Di pedalaman rimba Pasai, dia hidup berpindah-pindah bersama anaknya, Raja Sabil, yang masih berumur sebelas tahun untuk menghindari pengejaran pasukan Belanda.

Tapi pengejaran pasukan Belanda yang sangat intensif membuatnya tidak bisa menghindar lagi. Rahasia tempat persembunyiannya terbongkar. Dalam suatu pengepungan yang rapi dan ketat pada tanggal 24 Oktober 1910, dia berhasil ditemukan.

Walaupun pasukan Belanda bersenjata api lengkap tapi itu tidak membuat hatinya kecut. Dengan sebilah rencong di tangan, dia tetap melakukan perlawanan. Namun tiga orang tentara Belanda yang dekat dengannya melepaskan tembakan. Dia pun gugur setelah sebuah peluru mengenai kepala dan dua buah lainnya mengenai dadanya.

Cut Nyak Meutia gugur sebagai pejuang pembela bangsa. Atas jasa dan pengorbanannya, oleh negara namanya dinobatkan sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional yang disahkan dengan SK Presiden RI No.107 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964

Puisi

Engkau yang sedang bersedih, bersabarlah.


Engkau akan diselamatkan, seperti saat engkau bersedih sebelum ini.


Menangislah jika lebih indah bagimu untuk menangis, tapi bersabarlah.


Sesungguhnya Tuhan mencintai jiwa yang sedang bersedih, tapi berupaya tampil berbahagia demi kedamaian jiwa-jiwa yang dicintainya.


Tuhan sangat mengasihimu

Kamis, 12 Juli 2012

hidup

Janganlah menikahi orang yang tidak bisa direnovasi.

Karena, ada orang yang lemah hidupnya tapi kuat ngeyelnya.

Anda tidak ingin menua mengelus dada - hidup dengan orang yang merasa benar dalam kesalahan.

Kelahiran Anda memang bukan pilihan Anda, tapi pasangan hidup harus dipilih dengan bijak.

Tujuan dari berkeluarga adalah untuk berbahagia, bukan untuk menua dalam pertengkaran.

pelajaran terpenting

pelajaran terpenting dalam kehidupan ini adalah pelajaran tentang bagaimana cara kita untuk menyeleasaikan masalah yang sedang kita hadapi, sebuah masalah akan menambah wawasan dan kedewasaan bagi kita.

Rabu, 20 Juni 2012

Aku Ingin Mencintaimu Dengan Sederhana

Aku memandang kalender yang terletak di meja dengan kesal. Sabtu, 30 Maret 2002, hari ulang tahun perkawinan kami yang ketiga. Dan untuk ketiga kalinya pula Aa’ lupa. Ulang tahun pertama, Aa’ lupa karena harus rapat dengan direksi untuk menyelesaikan beberapa masalah keuangan perusahaan. Sebagai Direktur keuangan, Aa’ memang berkewajiban menyelesaikan masalah tersebut. Baiklah, aku maklum. Persoalan saat itu memang lumayan pelik.
Ulang tahun kedua, Aa’ harus keluar kota untuk melakukan presentasi. Kesibukannya membuatnya lupa. Dan setelah minta maaf, waktu aku menyatakan kekesalanku, dengan kalem ia menyahut,” Dik, toh aku sudah membuktikan cintaku sepanjang tahun. Hari itu tidak dirayakan kan tidak apa-apa. Cinta kan tidak butuh upacara…”
Sekarang, pagi-pagi ia sudah pamit ke kantor karena harus menyiapkan beberapa dokumen rapat. Ia pamit saat aku berada di kamar mandi. Aku memang sengaja tidak mengingatkannya tentang ulang tahun perkawinan kami. Aku ingin mengujinya, apakah ia ingat atau tidak kali ini. Nyatanya? Aku menarik napas panjang.
Heran, apa sih susahnya mengingat hari ulang tahun perkawinan sendiri? Aku mendengus kesal. Aa’ memang berbeda dengan aku. Ia kalem dan tidak ekspresif, apalagi romantis. Maka, tidak pernah ada bunga pada momen-momen istimewa atau puisi yang dituliskan di selembar kertas merah muda seperti yang sering kubayangkan saat sebelum aku menikah.
Sedangkan aku, ekspresif dan romantis. Aku selalu memberinya hadiah dengan kata-kata manis setiap hari ulang tahunnya. Aku juga tidak lupa mengucapkan berpuluh kali kata I love you setiap minggu. Mengirim pesan, bahkan puisi lewat sms saat ia keluar kota. Pokoknya, bagiku cinta harus diekspresikan dengan jelas. Karena kejelasan juga bagian dari cinta.
Aku tahu, kalau aku mencintai Aa’, aku harus menerimanya apa adanya. Tetapi, masak sih orang tidak mau berubah dan belajar? Bukankah aku sudah mengajarinya untuk bersikap lebih romantis? Ah, pokoknya aku kesal titik. Dan semua menjadi tidak menyenangkan bagiku. Aku uring-uringan. Aa’ jadi benar-benar menyebalkan di mataku. Aku mulai menghitung-hitung waktu dan perhatian yang diberikannya kepadaku dalam tiga tahun perkawinan kami. Tidak ada akhir minggu yang santai. Jarang sekali kami sempat pergi berdua untuk makan malam di luar. Waktu luang biasanya dihabiskannya untuk tidur sepanjang hari. Jadilah aku manyun sendiri hampir setiap hari minggu dan cuma bisa memandangnya mendengkur dengan manis di tempat tidur.
Rasa kesalku semakin menjadi. Apalagi, hubungan kami seminggu ini memang sedang tidak baik. Kami berdua sama-sama letih. Pekerjaan yang bertumpuk di tempat tugas kami masing-masing membuat kami bertemu di rumah dalam keadaan sama-sama letih dan mudah tersinggung satu sama lain. Jadilah, beberapa kali kami bertengkar minggu ini.
Sebenarnya, hari ini aku sudah mengosongkan semua jadual kegiatanku. Aku ingin berdua saja dengannya hari ini dan melakukan berbagai hal menyenangkan. Mestinya, Sabtu ini ia libur. Tetapi, begitulah Aa’. Sulit sekali baginya meninggalkan pekerjaannya, bahkan pada akhir pekan seperti ini. Mungkin, karena kami belum mempunyai anak. Sehingga ia tidak merasa perlu untuk meluangkan waktu pada akhir pekan seperti ini.
”Hen, kamu yakin mau menerima lamaran A’ Ridwan?” Diah sahabatku menatapku heran. ”Kakakku itu enggak romantis, lho. Tidak seperti suami romantis yang sering kau bayangkan. Dia itu tipe laki-laki serius yang hobinya bekerja keras. Baik sih, soleh, setia… Tapi enggak humoris. Pokoknya, hidup sama dia itu datar. Rutin dan membosankan. Isinya cuma kerja, kerja dan kerja…” Diah menyambung panjang lebar. Aku cuma senyum-senyum saja saat itu. Aa’ memang menanyakan kesediaanku untuk menerima lamaranku lewat Diah.
”Kamu kok gitu, sih? Enggak senang ya kalau aku jadi kakak iparmu?” tanyaku sambil cemberut. Diah tertawa melihatku. ”Yah, yang seperti ini mah tidak akan dilayani. Paling ditinggal pergi sama A’ Ridwan.” Diah tertawa geli. ”Kamu belum tahu kakakku, sih!” Tetapi, apapun kata Diah, aku telah bertekad untuk menerima lamaran Aa’. Aku yakin kami bisa saling menyesuaikan diri. Toh ia laki-laki yang baik. Itu sudah lebih dari cukup buatku.
Minggu-minggu pertama setelah perkawinan kami tidak banyak masalah berarti. Seperti layaknya pengantin baru, Aa’ berusaha romantis. Dan aku senang. Tetapi, semua berakhir saat masa cutinya berakhir. Ia segera berkutat dengan segala kesibukannya, tujuh hari dalam seminggu. Hampir tidak ada waktu yang tersisa untukku. Ceritaku yang antusias sering hanya ditanggapinya dengan ehm, oh, begitu ya… Itupun sambil terkantuk-kantuk memeluk guling. Dan, aku yang telah berjam-jam menunggunya untuk bercerita lantas kehilangan selera untuk melanjutkan cerita.
Begitulah… aku berusaha mengerti dan menerimanya. Tetapi pagi ini, kekesalanku kepadanya benar-benar mencapai puncaknya. Aku izin ke rumah ibu. Kukirim sms singkat kepadanya. Kutunggu. Satu jam kemudian baru kuterima jawabannya. Maaf, aku sedang rapat. Hati-hati. Salam untuk Ibu. Tuh, kan. Lihat. Bahkan ia membutuhkan waktu satu jam untuk membalas smsku. Rapat, presentasi, laporan keuangan, itulah saingan yang merebut perhatian suamiku.
Aku langsung masuk ke bekas kamarku yang sekarang ditempati Riri adikku. Kuhempaskan tubuhku dengan kesal. Aku baru saja akan memejamkan mataku saat samar-samar kudengar Ibu mengetuk pintu. Aku bangkit dengan malas.
”Kenapa Hen? Ada masalah dengan Ridwan?” Ibu membuka percakapan tanpa basa-basi. Aku mengangguk. Ibu memang tidak pernah bisa dibohongi. Ia selalu berhasil menebak dengan jitu.
Walau awalnya tersendat, akhirnya aku bercerita juga kepada Ibu. Mataku berkaca-kaca. Aku menumpahkan kekesalanku kepada Ibu. Ibu tersenyum mendengar ceritaku. Ia mengusap rambutku. ”Hen, mungkin semua ini salah Ibu dan Bapak yang terlalu memanjakan kamu. Sehingga kamu menjadi terganggu dengan sikap suamimu. Cobalah, Hen pikirkan baik-baik. Apa kekurangan Ridwan? Ia suami yang baik. Setia, jujur dan pekerja keras. Ridwan itu tidak pernah kasar sama kamu, rajin ibadah. Ia juga baik dan hormat kepada Ibu dan Bapak. Tidak semua suami seperti dia, Hen. Banyak orang yang dizholimi suaminya. Na’udzubillah!” Kata Ibu.
Aku terdiam. Yah, betul sih apa yang dikatakan Ibu. ”Tapi Bu, dia itu keterlaluan sekali. Masak Ulang tahun perkawinan sendiri tiga kali lupa. Lagi pula, dia itu sama sekali tidak punya waktu buat aku. Aku kan istrinya, bu. Bukan cuma bagian dari perabot rumah tangga yang hanya perlu ditengok sekali-sekali.” Aku masih kesal. Walaupun dalam hati aku membenarkan apa yang diucapkan Ibu.
Ya, selain sifat kurang romantisnya, sebenarnya apa kekurangan Aa’? Hampir tidak ada. Sebenarnya, ia berusaha sekuat tenaga untuk membahagiakanku dengan caranya sendiri. Ia selalu mendorongku untuk menambah ilmu dan memperluas wawasanku. Ia juga selalu menyemangatiku untuk lebih rajin beribadah dan selalu berbaik sangka kepada orang lain. Soal kesetiaan? Tidak diragukan. Diah satu kantor dengannya. Dan ia selalu bercerita denganku bagaimana Aa’ bersikap terhadap rekan-rekan wanitanya di kantor. Aa’ tidak pernah meladeni ajakan Anita yang tidak juga bosan menggoda dan mengajaknya kencan. Padahal kalau mau, dengan penampilannya yang selalu rapi dan cool seperti itu, tidak sulit buatnya menarik perhatian lawan jenis.
”Hen, kalau kamu merasa uring-uringan seperti itu, sebenarnya bukan Ridwan yang bermasalah. Persoalannya hanya satu, kamu kehilangan rasa syukur…” Ibu berkata tenang.
Aku memandang Ibu. Perkataan Ibu benar-benar menohokku. Ya, Ibu benar. Aku kehilangan rasa syukur. Bukankah baru dua minggu yang lalu aku membujuk Ranti, salah seorang sahabatku yang stres karena suaminya berselingkuh dengan wanita lain dan sangat kasar kepadanya? Bukankah aku yang mengajaknya ke dokter untuk mengobati memar yang ada di beberapa bagian tubuhnya karena dipukuli suaminya?
Pelan-pelan, rasa bersalah timbul dalam hatiku. Kalau memang aku ingin menghabiskan waktu dengannya hari ini, mengapa aku tidak mengatakannya jauh-jauh hari agar ia dapat mengatur jadualnya? Bukankah aku bisa mengingatkannya dengan manis bahwa aku ingin pergi dengannya berdua saja hari ini. Mengapa aku tidak mencoba mengatakan kepadanya, bahwa aku ingin ia bersikap lebih romantis? Bahwa aku merasa tersisih karena kesibukannya? Bahwa aku sebenarnya takut tidak lagi dicintai?
Aku segera pamit kepada Ibu. Aku bergegas pulang untuk membereskan rumah dan menyiapkan makan malam yang romantis di rumah. Aku tidak memberitahunya. Aku ingin membuat kejutan untuknya.
Makan malam sudah siap. Aku menyiapkan masakan kegemaran Aa’ lengkap dengan rangkaian mawar merah di meja makan. Jam tujuh malam, Aa’ belum pulang. Aku menunggu dengan sabar. Jam sembilan malam, aku hanya menerima smsnya. Maaf aku terlambat pulang. Tugasku belum selesai. Makanan di meja sudah dingin. Mataku sudah berat, tetapi aku tetap menunggunya di ruang tamu.
Aku terbangun dengan kaget. Ya Allah, aku tertidur. Kulirik jam dinding, jam 11 malam. Aku bangkit. Seikat mawar merah tergeletak di meja. Di sebelahnya, tergeletak kartu ucapan dan kotak perhiasan mungil. Aa’ tertidur pulas di karpet. Ia belum membuka dasi dan kaos kakinya.
Kuambil kartu ucapan itu dan kubuka. Sebait puisi membuatku tersenyum.
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Lewat kata yang tak sempat disampaikan
Awan kepada air yang menjadikannya tiada
Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat diucapkan
Kayu kepada api yang menjadikannya abu. *

problema diri sendiri

saat kau merasa dirimu sendirian saat kau merasa dirimu kesepian saat kau merasa dirimu tak ada yang memperhatikan.

belajar dari sang ahli

Engkau yang sedang terluka oleh pengkhianatan, dengarlah ini …

Pembalasan tercantik untuk dia yang mengkhianati cintamu, adalah menjadi pribadi yang diinginkan oleh orang-orang yang lebih baik daripadanya.

Jangan turunkan kelas pribadimu karena kepalsuannya.

Jangan rusak daya tarikmu karena dustanya.

Jangan redupkan sinar keindahan wajahmu karena keburukan hatinya.

Minggu, 17 Juni 2012

pilihan

hidup adalah pilihan.

pilihan hidup akan menentukan jalan yang akan kita lalui kedepan. baik buruk masa depan tergantung pada pilihan yang kita ambil hari ini. OKI baik-baiklah dalam memilih sebuah pilihan

Selasa, 05 Juni 2012


rintangan

semua jalan yang menuju keberhasilan dan membahagiakan selamanya tak akan pernah mulus, semua pasti mendapatkan ujian dan rintangan yang akan menghambat kepada yang namanya keberhasilan, karena sesuatu yang kita dapatkan dengan usaha keras maka kita akan sangat menghargai hal itu sebagai sesuatu yang sangat berharga karena susah payah kita berjuang untuk mendapatkan hal itu. maka berbahagialah kalian yang selalu berusaha untuk meraih apa yang kalian inginkan, karena dengan begitu kamu akan sangat beruntung.

Rabu, 16 Mei 2012

problema tentang cinta

kata cinta dan shyank ta ckup untuk ungkap semua.. itulah ungkapan seorang yang tengah kasmaran dan di landa cinta..
ketika kita berfikir lebih dalam lagi dan kita gali lagi apakah maksud dari segala yang ada ini...
cinta, kasih shyank dan semua yang berkaitan denga rasan adalah sebuah anugrah dari illahi namun bagaimana kita memilah - milah agar kita tidakmenuhankan cinta, karena kita tau pada zaman ini manusia lebih besar cinta terhadap sesama di bandingkan terhadap Tuhan sang maha Penyayang.
apakah ini sebuah PR bagi manusia untuk menggali permasalahan ini...
bahkan akupun merasakan demikian... aku merasa rasa shyankku terhadap kekasihku lebih dari rasa cintaku terhadap Tuhan... bagaimana supya aku dapat mencintainy Krena Tuhan sang pencipta... agar rasaku terhadap dirinya akan utuh selamanya berkat Ridho dari-Nya...

saudaraku mari kita merenung sejenak dengan permasalahan ini... hal ini seolah sepele namun sangat berpengaruh bagi perkembangan kita dari berbagai aspek..

padahal.. Tuhan, Kematian, Akhirat, itu adalah hal yang nyata akan kita temui...

Tetesan Air Mata Hati

Mengapa ketika kita berbagi kepada sesama manusia, dan yang kita bagikan adalah Rizki dari Tuhan, kita harus menghitung - hitung ke untungan kblakang?, mengapa kita harus menghitung berapa kali lipat yang akan kita dapatkan dari yang kita lepaskan?,

Hati ini menangis melihat fenomena tersebut, sahabat mari kita berlatih memberikan sesuatu dengan hati yang ikhlas karena Tuhan, serta d sisipi rasa ingin berbagi dengan sesama, dan yaqinlah kita akan lebih bahagia dengan hidup bersama dan mengasihi sesama, bahkan tidak hnya sesama manusia namun sesama mahluk hidup lainya...


Sahabat berbagilah dengan orang- orang yang membutuhkan jangan krena ingin di lihat ataupun sjenisnya yang mengharap imbalan.. dan jangan mengharap klipatan yang kita berikan...

Pasti kita akan lebih bhgia bila Tuhan menyayangi kita dari pada kita di beri imbalan brupa harta, namun tak mendapatkan kasih sayang-Nya..

RENUNGAN

ku ingin menangis di hadapanMu,entah karena apa.....

ku ingin memasrahkan smua untukmu.. karena aku mrsa umurku telah engkau tlah tentukan,,,

slma ini aku tidak menyadari tentang semua ini...

kini aku takut mati dalam kgelapan tnpa sinarMu..

kini sadarku tlah membuka fkirku tuk memikirkan hal ini...

Bimbingan dariMu adalah harapanku..

agar aku merasaakan kebahagiaan hakiki..dan mengenal rahasia Alam semesta ini...

benar orang Tua mengatakan,"musuh Terbesar adalah Diriku Sendiri" aku tak berdaya tanpa kekuatanMu tuk melawan Diri ini...

Trimakasi engkau telah tunjukan jalan bagiku, semoga ku dapat melwati jalan itu,agar dapat sampai kepadaMu...

Minggu, 13 Mei 2012

bahagia dan sengsara

cinta sering membuat orang tergilagila maka kalian para pujangga cinta jangan pernah melupakan siapa diri kalian yang sebenarnya, jika kamlian merasa sakit hati maka ingatlah bahwa kamu jugaberhak bahagia walapin tidak bersama dengan orang yang saat itu kamu cintai karena sesungguhnya tuhan mempunyai rencana yang besar agar kamu dapat merasakan kebahagiyaan yang hakiki.........

Kamis, 03 Mei 2012

hakekat sebuah cinta

cinta itu.....????????????

seperti angin,
tak tau kapan dan mengapa ia datang
mengapa ia pergi
seperti angin yang tak dapat di lihat tapi bisa di rasa kehadirannya
seperti angin yang bisa membawa bahagia
tapi, jika berlebihan akan membawa bencana
seperti angin yang tak akan kembali pada tempat yang sama
seperti angin yang tak dapat di musnahkan tak dapat pula di ciptakan serta tak dapat pula di kendalikan....

Sabtu, 28 April 2012

arti cinta

untuk kalian yang sedang bingung dengan cinta dengarkan ini.
apa kalian pernah membayangkan seperti apa cinta kalian pada seseorang yang menurut kalian sangat berarti untuk kalian, jika kamu bisa melihatnya bahagia dengan orang lain dan kamu turut bayagiya untuknya maka di saat itu kau tlah berhasil mencintainya dengan tulus.

sejuta cerita tentang cinta

adakah sebuah cerita cinta yang dramatis menurut anda?
cinta kadang membuat seseorang sangat bahagia, tapi sesungguhnya kawan itu adalah cara gembira menuju kehancuran bagi diri kalian sendiri kawan, jika kamu tidak bisa mengendalikan rasa itu.

Senin, 23 April 2012

sejuta cerita tentang cinta

bicara tentang cerita cinta tak akan pernah ada habisnya, karena cinta adalah anugrah dari tuhan yang harus kita sukuri. segala masalah, rintangan dan kebahagyaan tercampur di dalamnya sebagai bumbu pemanis menuju ahir yang bahagia